Indonesia's President Joko Widodo (R) meets with supporters as he leaves the parliament after meeting New Zealand's prime minister in Wellington on March 19, 2018. Photo: AFP/Marty Melville
Indonesia's President Joko Widodo (R) meets with supporters as he leaves the parliament after meeting New Zealand's prime minister in Wellington on March 19, 2018. Photo: AFP/Marty Melville

Presiden RI Joko Widodo dikabarkan akan segera mengumumkan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, yang juga merupakan ketua umum Partai Golkar, sebagai pasangannya dalam pilpres tahun depan.

Pemilihan umum tahun depan – dimana pemilihan presiden (pilpres) akan dilakukan bersamaan dengan pemilihan anggota legislatif (pileg) – akan dilakukan secara serentak pada bulan April 2019.

Beberapa sumber yang dapat dipercaya mengatakan kepada Asia Times bahwa dengan adanya keputusan Mahkamah Konstitusi RI baru-baru ini yang melarang Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk menjabat di periode yang ketiga, Widodo akhirnya memilih Hartarto, seorang politisi generasi baru berusia 55 tahun.

Sikap dari Megawati Sukarnoputri selaku ketua PDI-P, yang merupakan partai pengusung Joko Widodo sendiri, masih belum jelas, namun pilihannya terhadap Hartarto telah menunjukkan ketergantungan Widodo kepada Golkar sebagai sekutu terpercaya dalam usahanya untuk mendapatkan target 55 persen suara dalam pemilu 2019.

Ini berarti, Widodo telah mengesampingkan gagasan berpasangan dengan seseorang yang berpengaruh di kalangan umat Muslim Indonesia dan meyakini bahwa dia tidak perlu takut, sekalipun lawan politiknya – seperti partai Gerindra dan partai berbasis Sharia PKS – menggunakan taktik politik-agama sebagai senjata untuk menjatuhkannya.

Lagipula, Widodo dan Hartarto, keduanya adalah Muslim, dan mereka serta pilkada serentak di 17 provinsi yang diadakan pada tanggal 27 Juni kemarin telah menunjukkan bahwa menggunakan agama Islam sebagai taktik sebagaimana digunakan untuk menjatuhkan mantan gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, seorang etnis Tionghoa beragama Kristen, tidak akan bekerja atau memiliki dampak yang sungguh-sungguh di panggung nasional.

Kebanyakan analis mempercayai bahwa ketua partai Gerindra dan calon presiden Prabowo Subianto beserta para penasihatnya akan tampil lebih baik apabila memiliki kepada masalah-masalah ekonomi yang memanas, khususnya oleh karena naiknya harga minyak dunia, yang mana dapat menjadi strategi yang jauh lebih berpotensi dalam persiapan menuju pemilu tahun depan.

Original: Widodo’s re-election strategy comes into view