Lebih dari 620 orang telah terkena rabies di Indonesia semenjak memasuki tahun 2019, termasuk diantaranya 12 korban yang meninggal oleh karena penyakit tersebut, menurut pihak yang berwenang.
Nadia Tarmizi, direktur pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung dari Kementerian Kesehatan RI, berkata rendahnya rasio anjing yang mendapatkan vaksin rabies merupakan faktor utama dalam wabah ini, The Jakarta Post melaporkan.
Dia menambahkan bahwa Kementerian Pertanian bertanggung jawab untuk memastikan vaksin ini disalurkan dengan benar.
Enam korban jiwa telah dilaporkan di Dompu, Nusa Tenggara Barat, sementara tiga korban dilaporkan di Sumatra dan tiga korban lainnya di Sulawesi. Namun, tingkat kematian ini tidak terlalu mengkhawatirkan, mengingat populasi di Indonesia yang berjumlah sekitar 264 juta jiwa.
Tarmizi berkata pada tanggal 14 Februari bahwa tingkat cakupan vaksinasi untuk anjing hanya sekitar 30 persen, dan sebanyak 26 provinsi masih belum sepenuhnya bebas rabies. Namun NTB yang justru telah dinyatakan bebas dari rabies malah terkena dampak cukup keras dari wabah rabies ini.
Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Dr. Anung Sugihantono, menyalahkan kenaikan populasi anjing liar dan kurangnya pengendalian penyakit yang tepat sebagai penyebab masalah tersebut.
Saat ini, pemerintah telah menyatakan status darurat penyakit rabies untuk Dompu. Pihak berwenang telah mendistribusikan 2.800 vaksin untuk epidemi ini, dengan tambahan sebanyak 600 vaksin masih akan tiba dari Jakarta. Lebih dari 1.000 dari sekitar 9.000 lebih anjing yang ada di Dompu telah dimatikan.
Sementara itu, pihak berwenang juga telah mengatur keamanan yang ketat di kedua pelabuhan yang menghubungkan pulau Lombok dan Sumbawa, dimana anjing tidak diizinkan masuk atau meninggalkan pulau Sumbawa.