Domestic workers in Hong Kong. Photo: Asia Times
Domestic workers in Hong Kong. Photo: Asia Times

Kelompok-kelompok aktivis telah menunjukkan bahwa sejumlah pekerja migran Indonesia masih menjadi target pelecehan ditengah-tengah peraturan-peraturan baru yang ada.

Anis Hidayah dari organisasi non-profit Migrant Care berkata banyak pekerja migran rentan terhadap pelecehan, VOA News melaporkan. Dia juga berkata bahwa para pekerja tidak dipersiapkan dengan baik sebelum meninggalkan negara mereka.

Dia menambahkan bahwa pekerja seharusnya diperlengkapi dengan pendidikan mengenai kemana mereka harus pergi dan tindakan apa saja yang harus mereka lakukan apabila mendapatkan kesulitan-kesulitan atau menerima pelecehan.

Hidayah menegaskan ditengah peraturan-peraturan baru dan hukum yang seharusnya meminimalisasikan kerentanan pekerja migran, pelaksanaan dan penegakan daripada peraturan-peraturan tersebut pada kenyataannya tidak terlalu kuat atau bahkan tidak ada.

Pada tahun 2018, Indonesia mengirimkan lebih dari 200.000 pekerja ke negara-negara lain, termasuk Arab Saudi, Malaysia, Singapura, Taiwan dan Hong Kong. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) berkata ada sekitar 4,5 juta pekerja migran Indonesia dengan mayoritas bekerja di sektor rumah tangga, dan 70 persen diantara mereka adalah wanita.

Nusron Wahid dari BNP2TKI membantah kritik yang bersangkutan, dengan mengatakan bahwa pemerintah telah menyediakan para pekerja dengan informasi-informasi penting sebelum mereka diberangkatkan. Dia juga menegaskan bahwa kedutaan besar serta konsulat-konsulat dapat dengan mudah ditemukan dalam kasus keluhan-keluhan.

Wahid mengakui ada kasus khusus terkait Arab Saudi, berdasarkan budaya negara tersebut dan kenyataan kaum wanita disana harus tinggal di rumah hampir pada titik tertutup.

Sebuah sistem satu saluran yang dapat mengikat para pekerja dengan perusahaan-perusahaan perekrutan dalam kontrak juga sedang dirancang oleh pemerintah, menurut Wahid.

Pembicaraan tentang hak-hak pekerja telah menjadi sorotan semenjak Tuti Tursilawati dieksekusi di Arab Saudi pada bulan Oktober. Tuti dilaporkan membunuh majikannya karena membela diri ketika diduga sedang dilecehkan.

Original: Indonesian migrant workers still prone to exploitation