Masyarakat umum telah mengetahui gentingnya keadaan salah satu kera besar yang paling terakhir diidentifikasi di dunia, orangutan Tapanuli, dalam ekosistem Batang Toru, dimana sebuah bendungan sedang dibangun, yaitu sebuah proyek pembangunan yang dipertanyakan khususnya karena telah menyebabkan orangutan di hutan sekitar terusir keluar ke lahan-lahan pertanian terdekat.
Ini merupakan situasi yang sangat menyedihkan, terlebih lagi karena hutan yang dimaksud juga menjadi tempat tinggal dari beberapa jenis hewan langka dan terancam punah yang lainnya, seperti harimau Sumatra.
Namun tidak banyak yang tahu mengenai sebuah bendungan baru yang sedang dibangun di sebuah ekosistem hutan yang tidak terlalu dikenal, tidak jauh dari Batang Toru, yaitu ekosistem perbukitan Hadabuan. Disana, ditengah-tengah dinding hutan hujan tropis, dimana siamang, badak, dan berbagai macam burung hidup, sebuah survei baru saja diselesaikan oleh sebuah perusahaan pembangkit listrik tenaga air asal Korea, dan pembangunan sebuah bendungan yang disebut Pembangkit Listrik Tenaga Air Siborpa dijadwalkan akan dimulai pada tahun 2020.
Bendungan tersebut diberi nama seperti sebuah air terjun yang sangat indah di daerah tersebut, air terjun Siborpa, yang mana akan dirusak oleh pembangunan itu sendiri, mengingat bendungan yang dimaksud akan dibangun di Sungai Bila yang lokasinya dekat dengan air terjun tersebut. Ini tampak begitu kejam, menamakan pembunuh seperti nama sang korban.
Sepengetahuan kami, tidak ada seorang ilmuwan maupun wisatawan dari dunia barat yang pernah melihat air terjun ini, yang mengalir kearah kota Rantau Prabat di provinsi Sumatra Utara, lalu melewati areal perkebunan kelapa sawit, sebelum berakhir di Selat Malaka.
Wilayah perbukitan Hadabuan bukanlah sebuah taman nasional atau cagar alam; sekitar setengah dari wilayah perbukitan tersebut dianggap sebagai sebuah hutan desa. Pada dasarnya ini adalah sekelompok pegunungan curam yang terlalu sulit untuk ditanami dengan cepat dan mudah, dan dengan demikian terhindar dari pengubahan besar-besaran menjadi perkebunan kelapa sawit karena topografi yang menantang.
PRCF Foundation, Habitat ID serta beberapa organisasi perlindungan alam lokal seperti Sumatran Tiger Rangers telah melakukan survei dengan menggunakan kamera di daerah tersebut, disertai dengan patroli hutan sesekali, selama tiga tahun belakangan ini. Sampai saat ini, dapat dikonfirmasi keberadaan harimau, macan tutul, kucing hutan, tapir, beruang madu, kera langur, berbagai macam burung serta satwa liar lainnya dalam hutan desa tersebut.
Original: Little-known dam project ‘would destroy Sumatran wonderland’