Ditengah-tengah turunnya rupiah, banyak pekerja rumah tangga asal Indonesia di Singapura yang terlihat mengantri panjang di beberapa toko pengiriman uang di daerah Paya Lebar pada hari Minggu karena hendak segera mengirim gaji mereka ke kampung halaman.
Pada tanggal 31 Agustus, rupiah jatuh terhadap dollar US ke posisi paling buruk dalam 20 tahun ini, bahkan dibandingkan dengan krisis moneter pada tahun 1998, Shin Min Daily News melaporkan.
Di mal City Plaza, yang dikenal sebagai Kampung Indonesia dan merupakan tempat dimana ada lebih dari 10 toko pengiriman uang, terlihat begitu banyak antrian dimana-mana. Di setiap toko ada lebih dari 100 wanita Indonesia yang mengirim uang ke kampung halamannya.
Christina, manajer cabang dari Ameertech Remittance & Exchange Services, yang mana baru buka pada bulan November tahun lalu, berkata kepada reporter bahwa jumlah pengirim uang meningkat semenjak rupiah jatuh dalam dua bulan ini.
Lebih dari 1.000 transaksi ditangani dalam satu hari Minggu saja, kebanyakan oleh pekerja rumah tangga, demikian ungkapnya.
Seorang warga negara Indonesia berusia 28 tahun berkata kepada surat kabar lokal bahwa semenjak jatuhnya rupiah secara drastis dia telah menyimpan uang sebanyak-banyaknya supaya dia bisa kirim semua uangnya ke kampung.
Namun, seorang pekerja lainnya yang berusia 53 tahun dan telah bekerja di Singapura selama delapan tahun, berkata dia baru saja mengirim uang dalam jumlah yang biasanya dia kirim, yaitu S$200, karena dia takut apabila dia kirim lebih banyak maka keluarganya pun akan menghamburkannya begitu saja.
Untuk menarik pelanggan, toko-toko pengiriman uang menawarkan potongan setengah harga biaya pengiriman uang apabila mereka menyelesaikan seluruh transaksi pada hari Minggu.
Original: Long queues to send money as Indonesian rupiah tumbles