Jumlah pembantu asing di Singapura harus dipotong dan wanita di negara kota tersebut harus belajar untuk lebih mandiri, seorang pria Singapura menuliskan surat kepada surat kabar Singapura Lianhe Zaobao minggu lalu dan meminta pemerintah untuk membatasi atau bahkan mengurangi jumlah pekerja rumah tangga di negaranya.
Pria tersebut mengeluh bahwa pembantu asing menempati banyak tempat-tempat umum seperti taman diluar stasiun MRT Boon Keng atau jalan-jalan disekitar Jalan Orchard pada hari Minggu dan hari libur mereka yang lainnya.
Dia juga mengatakan bahwa sejak dikeluarkannya ijin untuk mempekerjakan pembantu dari Filipina dan Indonesia di akhir tahun 1970-an, jumlah pembantu asing di negara tersebut telah melonjak dari 5.000 sampai 240.000, yang dapat diartikan bahwa setiap tahunnya negara itu kedatangan sebanyak 6.000 pembantu asing baru.
Pria itu mempertanyakan apakah pembantu benar-benar dibutuhkan oleh semua keluarga Singapura. Sementara dia menyetujui praktek mempekerjakan pembantu untuk menjaga orang-orang lanjut usia dan anak-anak kecil, adalah sesuatu yang “aneh” menurutnya apabila para majikan ini terus mempekerjakan pembantu mereka saat anak-anak mereka telah menjadi dewasa atau orang tua mereka telah meninggal.
Menurut pria tersebut keluarga Singapura dewasa ini kurang memiliki kemampuan untuk merawat diri mereka sendiri dalam hal tugas rumah tangga.
Dia berkata bahwa orang tua yang bekerja bukanlah fenomena baru. Di tahun 1970an tidak ada pembantu di Singapura, demikian ungkapnya, dan kebanyakan orang kembali ke rumah sehabis kerja dan menjaga anak-anak mereka serta anggota keluarga lainnya.
Dia juga mengatakan bahwa Dana Bantuan Pembantu Luar Negri perlu dibatalkan, atau setidaknya dibatasi hanya untuk keluarga yang memiliki anak-anak berusia 12 tahun kebawah, bukan 16 tahun kebawah. Dia menambahkan bahwa anak-anak sekolah menengah harus mampu merawat diri sendiri dan bukannya bersandar pada pembantu.
Keluarga yang tidak memiliki anggota lanjut usia atau anak-anak kecil, seharusnya hanya diijinkan untuk mempekerjakan tukang bersih-bersih dan pembantu paruh waktu, bukannya pembantu asing yang tinggal menetap, demikian tegasnya.
Original: Singapore must ‘step up efforts to cap number of maids’